Senin, 06 Agustus 2018

Ilmu Gizi Kebutuhan protein Atlet



KEBUTUHAN PROTEIN DAN METABOLISME
PADA ATLIT

Olahraga merupakan aktifitas fisik yang dilakukan secara terencana untuk berbagai tujuan, antara lain mendapat kesehatan, kebugaran, rekreasi, pendidikan dan prestasi. Energi yang diperlukan untuk kinerja fisik diperoleh dari metabolisme bahan makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berdasarkan alasan tersebut diatas, kiranya tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa makanan atau zat gizi merupakan salah satu penentu kualitas kinerja fisik dan pertumbuhan seseorang. Untuk itu, sudah selayaknya para orang tua, guru, pelatih dan Pembina olahraga serta masyarakat pada umumnya perlu memahami karakter dan manfaat berbagai zat gizi atau bahan makanan dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan.

1. PENGERTIAN DAN PERANAN GIZI (Penilaian Status Gizi, Suapriasa, Bakrei dan Fajar, 2002).

Gizi berasal dari bahasa arab “ghidza” yang berarti makanan; dalam bahasa innggris dikenal dengan istilah nitrition yang berarti bahan makanan atau zat gizi atau sering disebut dengan ilmu gizi. Jadi, Gizi berarti sebagai suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh serta unutk menghasilkan tenaga.
Sedangkan menurut Bogert (1970) mendefinisikan Gizi  adalah sebagai ilmu yang mempelajari cara memberi makan tubuh yang layak dan pantas.
Magendie, seorang ahli kimia prancis pada awal abad ke-19 untuk pertama kali membedakan antara berbagai macam zat gizi dalam bahan makanan, yaitu karbohidrat, lemak dan protein
Sedangkan definisi Ilmu Gizi olahraga (sport nutrition) yaitu mempelajari hubungan antara pengelolaan makanan dengan kinerja fisik yang bermanfaat untuk kesehatan, kebugaran, pertumbuhan anak serta pembinaan prestasi olahraga. Ilmu gizi olahraga merupakan salah satu bidang keilmuan yang perlu dipahami oleh mereka yang berkecimpung dalam bidang olahraga, kebugaran, rekreasi, pendidikan maupun untuk rekreasi.
Tujuan mempelajari ilmu Gizi olahraga adalah memahami hubungan nitrisi, gaya hidup, self image dan kinerja fisik. Hal tersebut perlu dipahami oleh masyarakat terutama orang tua dan guru untuk membantu proses pertumbuhan anak – anak, Pembina, pelatih olahraga masyarakat untuk dapat membantu masyarakat mencapai derajat sehat dan bugar serta pelatih olahraga prestasi agar mampu mengoptimalkan pengembangan prestasi atletnya.

2. PROTEIN (Panduan Gizi Lengkap Keluaraga dan Olahragawan, Djoko Pekik Irianto, 2006: 13-15).

Protein adalah senyawa kimia yang mengandung asam amino, tersusun atas atom-atom C, H, 0 dan N. Protein berasal dari kata proteos yang berarti menduduki tempat pertama. Pada zaman dahulu (1838) protein dianggap sebagai makanan paling penting dan memiliki khasiat yang sangat istimewa bagi tubuh sehingga sexing disebut "Protein Mystiqu”
Protein disebut juga zat putih telur karena protein pertama kali ditemukan pada putih telur (eiwit). Protein merupakan bahan utama pembentuk sel tumbuhan, hewan dan manusia, kurang lebih 3/4 zat padat tubuh adalah protein. Oleh karena itulah protein disebut sebagai zat pembangun. Berdasarkan susunan kimianya, protein digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu:
1.       Protein sederhana: protein jenis ini tidak ada ikatan dengan bahan lain, misalnya albumine dalam telur disebut ovoalbumine, albumine dalam susu disebut laktoalbumine.
2.       Protein bersenyawa: ikatan protein dengan zat-zat lain, misalnya:
protein + glikogen = glikoprotein
protein + zat warns (hemoglobins) = kromoprotein
protein + nuklein = nucleoprotein 
protein + fosfor n= fosfoprotein
protein + lemak = lipoprotein
3.            Turunan protein:  albuminose pepton, peptida dan gelatin. Protein tersusun atas unsur-unsur pembentuk yang disebut amino. Asam amino dikelompokkan menjadi 2 golongan, yaitu asam amino esensial (tak dapat dihasilkan tubuh sehingga harus ada dalam makanan), terdiri atas:



Lisine
Triptofan
Histidin
Fenilalanin
Leusine
Metionine
Isoleusine
Treonin
Valin

Adapun jenis asam amino lainnya adalah asam amino nonnesesial (dapat dihasilkan tubuh) terdiri atas:

Arginine
Hestidine
Alanine
Cytine
Glisine
Serine
Asparagine
Asam Glutamin
Terosi
Kistine
Asam aspartik
Hidroxylsine
Prolin
Glutamin
Taurine


Kalau di gambarkan dalam bagam dapat dilihat sebagai berikut:

Tubuh manusia memerlukan protein untuk menjalankan berbagai fungsi antara lain:
1.       Membangun sel tubuh, makin bertambah usia seorang bayi makin bertambah berat badannya. Bertambahnya berat disebabkan oleh terbentuknya jaringan baru seperti tulang dan otot.
2.       Mengganti sel tubuh, sering sel atau jaringan tubuh manusia mengalami kerusakan misalnya akibat cedera dalam melakukan kegiatan fisik seperti fraktur, sprain, strain dan lain-lain, sehingga perlu protein sebagai pengganti sel-sel yang rusak tersebut.
3.       Membuat air susu, enzim dan hormon, air susu ibu tersusun atas protein, demikian juga untuk membentuk enzim maupun hormon diperlukan protein.
4.       Membuat protein darah, upaya mempertahankan stabilitas tekanan osmose struktur darah memerlukan protein. Di samping itu, hemoglobin sendiri tersusun atas serum dan protein.
5.       Menjaga keseimbangan asam basa cairan tubuh, protein diperlukan untuk mengikat kelebihan asam atau basa dalam cairan tubuh sehingga reaksi netral dari cairan tubuh selalu dapat dipertahankan.
6.       Pemberi kalori, protein dapat menyediakan energi yang diperlukan untuk aktivitas, terutama dalam keadaan memaksa, misalnya kelaparan. Satu gram protein menghasilkan energi 4 kalori.

3.  METABOLISME PROTEIN.

a. Penggunaan Protein untuk Membentuk Protein atau Asam Amino Tidak Esensial
Bila sel membutuhkan protein tertentu, sel tersebut akan membentuknya dari asam amino tersedia. Bila sel membutuhkan asam amino tidak esensial tertentu untuk pembentukan protein, sel akan membuatnya dengan cara memecah asam amino lain yang tersedia dan menggabungkan gugus aminonya dengan unit-unit karbon-karbon fragmen yang berasal dari glukosa (Almatsier, 2004:93).
b. Penggunaan Asam Amino untuk Membentuk Ikatan-ikatan Lain
Sel juga dapat membentuk ikatan-ikatan lain dari asam amino. Misalnya, asam amino tirosin merupakan prekursor pengantar saraf norepinefrin dan epinefrin yang mengantarkan pesan-pesan saraf ke seluruh tubuh. Tirosin juga dapat diubah menjadi melanin, yaitu pigmen tubuh, atau menjadi tiroksin, hormon yang mengatur laju metabolisme. Triptofan merupakan prekursor pengantar saraf serotonin dan vitamin niasin.
c. Penggunaan Asam Amino sebagai Energi
Walaupun fungsi utama protein adalah untuk pertumbuhan, bilamana tubuh kekurangan zat energi fungsi protein untuk menghasilkan energi atau untuk membentuk glukosa akan didahulukan. Bila glukosa atau asam lemak di dalam tubuh terbatas, sel terpaksa menggunakan protein untuk membentuk glukosa dan energi. Glukosa dibutuhkan sebagai sumber energi sel-sel otak dan sistem saraf. Pemecahan protein tubuh guna memenuhi kebutuhan energi dan glukosa pada akhirnya akan menyebabkan melemahnya otot-otot. Oleh karena itu, dibutuhkan konsumsi karbohidrat dan lemak yang cukup tiap hari sehingga protein dapat digunakan sesual fungsi utamanya, yaitu untuk pembentukan sel­-sel tubuh. Kelebihan asam amino dalam tubuh, setelah terlebih dahulu melepas gugus NH2-nya melalui proses deaminasi, akan memasuki jalur metabolisme yang sama dengan yang digunakan oleh karbohidrat dan lipida.
d. Deaminase Asam Amino
Deaminase atau melepaskan gugus amino (NH2) dari asam amino akan menghasilkan sisa berupa amonia dalam sel. Amonia yang bersifat racun akan masuk ke dalam peredaran darah dan dibawa ke hati. Hati akan mengubah amonia menjadi ureum yang sifat racunnya lebih rendah, dan mengembalikannya ke peredaran darah. Ureum dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal dan urine. Ureum diproduksi dari asam amino bebas di dalam tubuh yang tidak digunakan dan dart pemecahan protein jaringan tubuh (Almatsier, 2004:94).
e. Penggunaan Kelebihan Protein untuk pembentukan Lemak
Dalam keadaan berlebihan, protein akan mengalami deaminase. Nitrogen dikeluarkan dari tubuh dan sisa-sisa ikatan karbon akan diubah menjadi lemak dan disimpan di dalam tubuh. Dengan demikian, makan protein secara berlebihan dapat menyebabkan kegemukan.
f. Metabolik Asam Amino
Di dalam tubuh tidak ada persediaan besar asam amino. Kelebihan asam amino untuk keperluan sintesis protein dan berbagai ikatan nitrogen-bukan-ikatan protein akan dimetabolisme. Akan tetapi di dalam protein sel-sel ada persediaan metabolik asam amino yang berada dalam keseimbangan dinamis yang dapat setup waktu digunakan. Perubahan protein secara terus-menerus pada orang dewasa diperlukan untuk memelihara persediaan asam amino untuk memenuhi kebutuhan segera asam amino oleh berbagai sel dan jaringan guna pembentukan protein. Jaringan yang paling aktif dalam perubahan protein adalah protein plasma, mukosa saluran cerna, pankreas, hati dan ginjal. Jaringan otot dan kulit biasanya tidak terlalu aktif (Almatsier, 2004:95).







4. KEBUTUHAN PROTEIN UNTUK BERPRESTASI OPTIMAL (Oleh : Dr. M.A. Husaini, Puslitbang Gizi Departemen Kesehatan Bogor – Jawa Barat) 

 

a. Apakah Atlet Harus Makan Banyak Protein?

Secara tradisional, atlet diharuskan makan lebih banyak daging, telur, ikan, ayam, dan bahan makanan sumber protein lainnya, karena menurut teori, protein akan membentuk otot yang dibutuhkan atlet. Hasil penelitian mutakhir membuktikan bahwa bukan ekstra protein yang membentuk otot, melainkan latihan. Latihan yang intensif yang membentuk otot. Untuk membangun dan memperkuat otot, anda harus memasukkan latihan resistan seperti angkat besi di dalam program latihan. 
Agar cukup energi yang dikonsumsi untuk latihan pembentukan otot, makanan harus mengandung 60% karbohidrat dan 15% protein dari total energi. Kedengarannya aneh, tetapi sesungguhnya seorang atlet binaragawan dan pelari marathon dapat mengkonsumsi makanan dari hidangan yang sama. Seorang binaragawan cenderung berotot lebih besar dari pelari, karena itu ia membutuhkan lebih banyak energi. Besarnya jumlah protein yang dikonsumsi, dapat dilihat dari perhitungan di bawah ini. 
·         Seorang pelari yang beratnya 70 kg membutuhkan 2.600 kcal. Sebanyak 15% dari 2.600 kcal ini berasal dari protein yaitu 390 kcal atau antara 74 g protein.
  • Seorang binaragawan yang beratnya 95 kg membutuhkan 3.600 kcal. Sebanyak 15% dari 3.600 kcal yaitu 540 kcal berasal dari protein atau setara dengan 108 g protein.
Seorang atlet pelari marathon membutuhkan 74 g protein, dan seorang binaragawan membutuhkan 108 g protein dari hidangan makanan yang sama. Tidak jarang nasihat makanan yang diberikan membingungkan atlet. Seorang atlet angkat besi diharapkan makan daging, steak, telur, ayam lebih banyak untuk pembentukan otot, dan dianjurkan minum minuman yang mengandung protein. Tetapi sesungguhnya tidak demikian. Seorang atlet angkat besi membutuhkan karbohidrat lebih banyak. Karena karbohidrat dibutuhkan untuk cadangan energi di dalam otot. Anda tidak akan dapat mengangkat  beban yang berat kalau jumlah karbohidrat yang tersedia di dalam otot sudah menipis. Makanan yang mengandalkan protein tidak menyediakan bahan bakar untuk otot, sehingga prestasi yang dicapai akan optimal. 
Menurut dr. Ermita I.Ilyas bahwa faktor penting untuk diperhatikan pada atlet yang melakukan olahraga endurans lama dan atau pada atlet yang sering melakukan latihan berat saat jumlah cadangan glikogen sangat berkurang. Atlet yang melakukan latihan lama dan berat akan menggunakan protein sebagai sumber energi dan berarti akan menekan sintesis protein. Oleh karena itu atlet yang melakukan latihan beban untuk membesarkan otot akan menghindari latihan endurans yang lama. Tidak semua protein dalam tubuh tersedia sebagai sumber energi, namun protein otot sangat mudah dikonversi pada saat dibutuhkan, khususnya pada olahraga lama. Asam amino di otot akan diubah menjadi alanin kemudian diangkut dari otot yang aktif ke hati untuk dideaminasi. Energi yang berasal dari siklus alanin-glukosa akan mensuplai 10 – 15% energi total yang diperlukan selama olahraga/latihan atau 60% berasal dari glukosa hati.
Makanan yang terbaik untuk atlet harus mensuplai cukup protein tetapi tidak berlebihan untuk keperluan perkembangan dan perbaikan jaringan otot yang aus, produksi hormon, dan mengganti sel-sel darah merah yang mati dengan yang baru. Seringkali atlet mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi protein, sehingga mereka mendapatkan dobel dari kebutuhannya; kelebihan protein yang dikonsumsi ini disimpan dalam bentuk lemak badan.

b. Kebutuhan Protein Bagi Atlit

Kebutuhan akan protein bervariasi antar atlet. Menurut Angka Kecukupan Konsumsi Zat-zat Gizi, seseorang membutuhkan 1 g protein per kg berat badan, tetapi ada atlet yang membutuhkan lebih banyak, misalnya seorang pelari yang sedang berlatih intensif, atau seseorang yang sedang berdiit yang mengkonsumsi rendah kalori, atau seorang pemula yang baru mulai berlatih. Di bawah ini diilustrasikan anjuran konsumsi protein: 
Macam Atlet
Gram protein/kg BB
Atlet berlatih ringan
1,0
Atlet yang rutin berlatih
1,2
Atlet remaja (sedang tumbuh)
1,5
Atlet yang memerlukan perkembangan otot
1,5


Untuk menghitung berapa banyak protein yang dibutuhkan sangat mudah. Mula-mula, anda mengidentifikasi diri termasuk golongan atlet yang mana, misalnya termasuk atlet yang secara rutin berlatih. Umur anda 25 tahun, dan berat badan 70 kg. Maka anda setiap hari sesungguhnya membutuhkan sebanyak 70 x 1,2 g protein = 84 g protein. Kemudian anda membuat lis makanan dan minuman selama 24 jam, misalnya mulai anda bangun pagi hari sampai pagi hari berikutnya dicatat jenis, komposisi, dan banyaknya makanan dan minuman yang dikonsumsi. Dengan mempergunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) anda akan mengetahui jumlah protein yang dikonsumsi dalam sehari. Kemudian dibandingkan dengan anjuran, apakah kurang atau lebih banyak dari yang direkomendasikan.





0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda