Ilmu Gizi Kebutuhan protein Atlet
KEBUTUHAN PROTEIN DAN METABOLISME
PADA ATLIT
Olahraga merupakan aktifitas
fisik yang dilakukan secara terencana untuk berbagai tujuan, antara lain
mendapat kesehatan, kebugaran, rekreasi, pendidikan dan prestasi. Energi yang
diperlukan untuk kinerja fisik diperoleh dari metabolisme bahan makanan yang
dikonsumsi sehari-hari. Berdasarkan alasan tersebut diatas, kiranya tidak
berlebihan apabila dikatakan bahwa makanan atau zat gizi merupakan salah satu
penentu kualitas kinerja fisik dan pertumbuhan seseorang. Untuk itu, sudah
selayaknya para orang tua, guru, pelatih dan Pembina olahraga serta masyarakat
pada umumnya perlu memahami karakter dan manfaat berbagai zat gizi atau bahan
makanan dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan.
1. PENGERTIAN DAN PERANAN GIZI (Penilaian Status Gizi, Suapriasa, Bakrei dan Fajar, 2002).
Gizi berasal dari bahasa arab
“ghidza” yang berarti makanan; dalam
bahasa innggris dikenal dengan istilah nitrition
yang berarti bahan makanan atau zat gizi atau sering disebut dengan ilmu gizi.
Jadi, Gizi berarti sebagai suatu
proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui
proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi
normal organ tubuh serta unutk menghasilkan tenaga.
Sedangkan menurut Bogert
(1970) mendefinisikan Gizi adalah
sebagai ilmu yang mempelajari cara memberi makan tubuh yang layak dan pantas.
Magendie, seorang ahli kimia prancis pada awal abad
ke-19 untuk pertama kali membedakan antara berbagai macam zat gizi dalam bahan
makanan, yaitu karbohidrat, lemak dan protein
Sedangkan definisi Ilmu Gizi olahraga (sport nutrition) yaitu mempelajari
hubungan antara pengelolaan makanan dengan kinerja fisik yang bermanfaat untuk
kesehatan, kebugaran, pertumbuhan anak serta pembinaan prestasi olahraga. Ilmu
gizi olahraga merupakan salah satu bidang keilmuan yang perlu dipahami oleh
mereka yang berkecimpung dalam bidang olahraga, kebugaran, rekreasi, pendidikan
maupun untuk rekreasi.
Tujuan mempelajari ilmu Gizi olahraga adalah memahami
hubungan nitrisi, gaya
hidup, self image dan kinerja fisik. Hal tersebut perlu dipahami oleh
masyarakat terutama orang tua dan guru untuk membantu proses pertumbuhan anak –
anak, Pembina, pelatih olahraga masyarakat untuk dapat membantu masyarakat
mencapai derajat sehat dan bugar serta pelatih olahraga prestasi agar mampu
mengoptimalkan pengembangan prestasi atletnya.
2. PROTEIN (Panduan Gizi Lengkap Keluaraga dan Olahragawan, Djoko Pekik
Irianto, 2006: 13-15).
Protein adalah senyawa kimia yang mengandung asam
amino, tersusun atas
atom-atom C, H, 0 dan N. Protein berasal dari kata proteos yang berarti
menduduki tempat pertama. Pada zaman dahulu (1838) protein dianggap sebagai
makanan paling penting dan memiliki khasiat yang sangat istimewa bagi tubuh
sehingga sexing disebut "Protein Mystiqu”
Protein disebut juga zat putih telur karena protein
pertama kali ditemukan pada putih telur (eiwit). Protein merupakan bahan
utama pembentuk sel tumbuhan, hewan dan
manusia, kurang lebih 3/4 zat padat tubuh adalah protein.
Oleh karena itulah protein disebut sebagai zat
pembangun. Berdasarkan susunan
kimianya, protein digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Protein sederhana: protein jenis ini
tidak ada ikatan dengan bahan
lain, misalnya albumine dalam telur disebut ovoalbumine,
albumine dalam susu disebut laktoalbumine.
2.
Protein bersenyawa: ikatan protein dengan zat-zat lain, misalnya:
protein + glikogen = glikoprotein
protein + zat warns (hemoglobins) = kromoprotein
protein + nuklein = nucleoprotein
protein + fosfor n= fosfoprotein
protein + lemak = lipoprotein
3.
Turunan
protein: albuminose pepton, peptida dan
gelatin. Protein tersusun atas unsur-unsur
pembentuk yang disebut amino. Asam amino dikelompokkan menjadi 2
golongan, yaitu asam amino esensial (tak dapat dihasilkan tubuh sehingga harus
ada dalam makanan), terdiri atas:
Lisine
|
Triptofan
|
Histidin
|
Fenilalanin
|
Leusine
|
Metionine
|
Isoleusine
|
Treonin
|
Valin
|
Adapun jenis asam amino lainnya adalah asam amino nonnesesial (dapat
dihasilkan tubuh) terdiri atas:
Arginine
|
Hestidine
|
Alanine
|
Cytine
|
Glisine
|
Serine
|
Asparagine
|
Asam
Glutamin
|
Terosi
|
Kistine
|
Asam
aspartik
|
Hidroxylsine
|
Prolin
|
Glutamin
|
Taurine
|
Kalau di gambarkan dalam bagam dapat dilihat sebagai berikut:
Tubuh manusia memerlukan protein untuk menjalankan
berbagai fungsi antara lain:
1.
Membangun sel tubuh, makin bertambah usia seorang
bayi makin
bertambah berat badannya. Bertambahnya berat disebabkan oleh terbentuknya jaringan baru seperti
tulang dan otot.
2.
Mengganti
sel tubuh, sering sel
atau jaringan tubuh manusia mengalami kerusakan misalnya akibat cedera dalam
melakukan kegiatan fisik seperti fraktur,
sprain, strain dan lain-lain, sehingga
perlu protein sebagai pengganti sel-sel yang rusak tersebut.
3.
Membuat air susu, enzim dan hormon, air susu ibu
tersusun atas protein, demikian juga untuk membentuk enzim maupun hormon diperlukan protein.
4.
Membuat protein darah, upaya mempertahankan
stabilitas tekanan osmose struktur darah memerlukan protein. Di samping itu, hemoglobin
sendiri tersusun atas serum dan protein.
5.
Menjaga keseimbangan asam basa cairan tubuh, protein diperlukan untuk
mengikat kelebihan asam atau basa dalam cairan tubuh sehingga reaksi netral
dari cairan tubuh selalu dapat
dipertahankan.
6.
Pemberi kalori, protein dapat menyediakan
energi yang diperlukan untuk
aktivitas, terutama dalam keadaan memaksa, misalnya kelaparan. Satu gram
protein menghasilkan energi 4 kalori.
3. METABOLISME PROTEIN.
a. Penggunaan Protein untuk Membentuk Protein atau Asam Amino Tidak Esensial
Bila sel membutuhkan protein tertentu, sel tersebut akan
membentuknya dari asam amino tersedia. Bila sel
membutuhkan asam amino tidak esensial tertentu untuk pembentukan protein, sel akan membuatnya dengan cara memecah asam amino lain yang tersedia dan
menggabungkan gugus
aminonya dengan unit-unit karbon-karbon fragmen yang berasal dari
glukosa (Almatsier, 2004:93).
b. Penggunaan Asam Amino untuk Membentuk Ikatan-ikatan Lain
Sel juga
dapat membentuk ikatan-ikatan lain dari asam amino. Misalnya, asam amino tirosin merupakan prekursor pengantar saraf
norepinefrin dan epinefrin yang mengantarkan pesan-pesan saraf ke seluruh tubuh. Tirosin juga dapat diubah menjadi
melanin, yaitu pigmen tubuh, atau
menjadi tiroksin, hormon yang mengatur laju metabolisme. Triptofan merupakan
prekursor pengantar saraf serotonin dan vitamin niasin.
c.
Penggunaan Asam Amino sebagai Energi
Walaupun
fungsi utama protein adalah untuk pertumbuhan, bilamana tubuh kekurangan zat
energi fungsi protein untuk menghasilkan energi atau untuk membentuk glukosa
akan didahulukan. Bila glukosa atau asam lemak di dalam
tubuh terbatas, sel terpaksa menggunakan protein
untuk membentuk glukosa dan energi. Glukosa dibutuhkan sebagai sumber energi sel-sel otak dan sistem saraf. Pemecahan
protein tubuh guna memenuhi kebutuhan energi dan
glukosa pada akhirnya akan menyebabkan melemahnya otot-otot. Oleh karena itu, dibutuhkan konsumsi karbohidrat dan
lemak yang cukup tiap hari sehingga protein
dapat digunakan sesual fungsi utamanya, yaitu untuk pembentukan sel-sel tubuh. Kelebihan asam amino dalam tubuh, setelah
terlebih dahulu melepas gugus NH2-nya melalui
proses deaminasi, akan memasuki jalur metabolisme yang sama dengan yang
digunakan oleh karbohidrat dan lipida.
d. Deaminase Asam Amino
Deaminase atau melepaskan gugus amino (NH2) dari
asam amino akan menghasilkan sisa berupa amonia dalam sel. Amonia yang
bersifat racun akan masuk ke dalam peredaran darah dan dibawa ke hati. Hati akan mengubah amonia menjadi ureum yang sifat
racunnya lebih rendah, dan mengembalikannya ke peredaran
darah. Ureum dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal dan urine.
Ureum diproduksi dari asam amino bebas di dalam tubuh yang tidak
digunakan dan dart pemecahan protein jaringan tubuh (Almatsier, 2004:94).
e. Penggunaan Kelebihan Protein untuk pembentukan Lemak
Dalam keadaan berlebihan, protein akan mengalami
deaminase. Nitrogen dikeluarkan dari tubuh dan sisa-sisa ikatan karbon
akan diubah menjadi lemak dan disimpan di dalam tubuh. Dengan
demikian, makan protein secara berlebihan dapat menyebabkan kegemukan.
f. Metabolik Asam Amino
Di dalam tubuh tidak ada persediaan besar asam
amino. Kelebihan asam amino untuk keperluan sintesis protein dan
berbagai ikatan nitrogen-bukan-ikatan protein
akan dimetabolisme. Akan tetapi di dalam protein sel-sel
ada persediaan metabolik asam amino yang berada dalam keseimbangan
dinamis yang dapat setup waktu digunakan. Perubahan protein secara terus-menerus pada orang dewasa diperlukan untuk memelihara
persediaan asam amino untuk memenuhi kebutuhan segera asam amino
oleh berbagai sel dan jaringan guna pembentukan protein. Jaringan yang paling
aktif dalam perubahan protein adalah protein plasma, mukosa saluran cerna,
pankreas, hati dan ginjal. Jaringan otot dan kulit biasanya tidak terlalu aktif
(Almatsier, 2004:95).
4. KEBUTUHAN PROTEIN UNTUK BERPRESTASI OPTIMAL (Oleh : Dr. M.A. Husaini, Puslitbang Gizi Departemen
Kesehatan Bogor – Jawa Barat)
a. Apakah Atlet Harus Makan Banyak Protein?
Secara
tradisional, atlet diharuskan makan lebih banyak daging, telur, ikan, ayam, dan
bahan makanan sumber protein lainnya, karena menurut teori, protein akan
membentuk otot yang dibutuhkan atlet. Hasil penelitian mutakhir
membuktikan bahwa bukan ekstra protein yang membentuk otot, melainkan latihan.
Latihan yang intensif yang membentuk otot. Untuk membangun dan memperkuat otot,
anda harus memasukkan latihan resistan seperti angkat besi di dalam program
latihan.
Agar cukup energi yang dikonsumsi untuk
latihan pembentukan otot, makanan harus mengandung 60% karbohidrat dan 15% protein
dari total energi. Kedengarannya aneh, tetapi sesungguhnya seorang atlet
binaragawan dan pelari marathon dapat mengkonsumsi makanan dari hidangan yang
sama. Seorang binaragawan cenderung berotot lebih besar dari pelari, karena itu
ia membutuhkan lebih banyak energi. Besarnya jumlah protein yang dikonsumsi,
dapat dilihat dari perhitungan di bawah ini.
·
Seorang
pelari yang beratnya 70 kg membutuhkan 2.600 kcal. Sebanyak 15% dari 2.600 kcal ini berasal dari
protein yaitu 390 kcal atau antara 74 g protein.
- Seorang binaragawan yang beratnya 95 kg membutuhkan 3.600 kcal. Sebanyak 15% dari 3.600 kcal yaitu 540 kcal berasal dari protein atau setara dengan 108 g protein.
Seorang atlet pelari marathon
membutuhkan 74 g protein, dan seorang binaragawan membutuhkan 108 g protein
dari hidangan makanan yang sama. Tidak jarang nasihat makanan yang
diberikan membingungkan atlet. Seorang atlet angkat besi diharapkan makan
daging, steak, telur, ayam lebih banyak untuk pembentukan otot, dan dianjurkan
minum minuman yang mengandung protein. Tetapi sesungguhnya tidak demikian.
Seorang atlet angkat besi membutuhkan karbohidrat lebih banyak. Karena
karbohidrat dibutuhkan untuk cadangan energi di dalam otot. Anda tidak akan
dapat mengangkat beban yang berat kalau jumlah karbohidrat yang tersedia
di dalam otot sudah menipis. Makanan yang mengandalkan protein tidak menyediakan bahan
bakar untuk otot, sehingga prestasi yang dicapai akan optimal.
Menurut dr.
Ermita I.Ilyas bahwa faktor penting untuk diperhatikan pada atlet yang
melakukan olahraga endurans lama dan atau pada atlet yang sering melakukan
latihan berat saat jumlah cadangan glikogen sangat berkurang. Atlet yang
melakukan latihan lama dan berat akan menggunakan protein sebagai sumber energi
dan berarti akan menekan sintesis protein. Oleh karena itu atlet yang melakukan
latihan beban untuk membesarkan otot akan menghindari latihan endurans yang
lama. Tidak semua protein dalam tubuh tersedia sebagai sumber energi, namun
protein otot sangat mudah dikonversi pada saat dibutuhkan, khususnya pada
olahraga lama. Asam amino di otot akan diubah menjadi alanin kemudian diangkut
dari otot yang aktif ke hati untuk dideaminasi. Energi yang berasal dari siklus
alanin-glukosa akan mensuplai 10 – 15% energi total yang diperlukan selama
olahraga/latihan atau 60% berasal dari glukosa hati.
Makanan yang
terbaik untuk atlet harus mensuplai cukup protein tetapi tidak berlebihan untuk
keperluan perkembangan dan perbaikan jaringan otot yang aus, produksi hormon,
dan mengganti sel-sel darah merah yang mati dengan yang baru. Seringkali atlet
mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi protein, sehingga mereka mendapatkan
dobel dari kebutuhannya; kelebihan protein yang dikonsumsi ini disimpan dalam
bentuk lemak badan.
b. Kebutuhan Protein Bagi Atlit
Kebutuhan akan
protein bervariasi antar atlet. Menurut Angka Kecukupan Konsumsi Zat-zat Gizi,
seseorang membutuhkan 1 g protein per kg berat badan, tetapi ada atlet yang
membutuhkan lebih banyak, misalnya seorang pelari yang sedang berlatih
intensif, atau seseorang yang sedang berdiit yang mengkonsumsi rendah kalori,
atau seorang pemula yang baru mulai berlatih. Di bawah ini diilustrasikan anjuran
konsumsi protein:
Gram protein/kg BB
|
|
Atlet berlatih ringan
|
1,0
|
Atlet yang rutin berlatih
|
1,2
|
Atlet remaja (sedang tumbuh)
|
1,5
|
Atlet yang memerlukan perkembangan otot
|
1,5
|
Untuk menghitung
berapa banyak protein yang dibutuhkan sangat mudah. Mula-mula, anda
mengidentifikasi diri termasuk golongan atlet yang mana, misalnya termasuk
atlet yang secara rutin berlatih. Umur anda 25 tahun, dan berat badan 70 kg.
Maka anda setiap hari sesungguhnya membutuhkan sebanyak 70 x 1,2 g protein = 84
g protein. Kemudian anda membuat lis makanan dan minuman selama 24 jam,
misalnya mulai anda bangun pagi hari sampai pagi hari berikutnya dicatat jenis,
komposisi, dan banyaknya makanan dan minuman yang dikonsumsi. Dengan
mempergunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) anda akan mengetahui jumlah
protein yang dikonsumsi dalam sehari. Kemudian dibandingkan dengan anjuran,
apakah kurang atau lebih banyak dari yang direkomendasikan.